Kamis, 21 Januari 2016

ASAL MULA MARGA DI NIAS

 ASAL MULA MARGA DI NIAS






                     Menurut Mitologi Nias, alam dan isinya ini diciptakan oleh Lowalangi. Ia menciptakan langit berlapis sembilan. Setelah selesai, ia menciptakan suatu pohon kehidupan yang disebut Toraa. Pohon suci ini berbuah dua buah. Setelah dierami seekor laba-laba emas, yang juga diciptakan Lowalangi, "menetaslah" sepasang dewa pertama di alam semesta ini. Masing-masing bernama Tuhamoraangi Tuhamoraanaa (laki-laki) dan Burutiraoangi Burutiraoanaa (perempuan). Keturunan sepasang dewa ini kemudian mendiami kesembilan lapis langit. Dalam menciptakan sesuatu ini, Lowalangi mempergunakan beberapa warna sebagai bahan. Warna-warna tersebut diaduknya dengan tongkat gaibnya yang disebut Sihai. Salah satu keturunan sepasang dewa itu bernama Sirao. Kemudian menjadi raja di lapisan langit pertama, yaitu lapisan paling dengan bumi. Langit ini disebut Teteholi Anaa. Nama lengkap Dewa Sirao adalah Uwu Zihono atau Sirao Uwu Zato. Sirao mempunyai tiga orang istri. Masing-masing berputra tiga orang anak. Nah, ketika Sirao sudah tua dan ingin mengundurkan diri dari pemerintahan, kesembilan Putra Sirao ini bertengkar, memperebutkan singgasana. Untuk memecahkan masalah yang gawat dan pelik ini. Sirao mengadakan sayembara ketangkasan menari di atas sembilan mata tombak yang dipancangkan di lapangan di muka istana. Sayembara ini dimenangkan oleh putra bungsunya, yang bernama Luo Mewona. Kebetulan sekali Luo Mewona adalah putra yang paling dikasihi oleh orang tuanya dan juga yang amat dihormati oleh rakyatnya. Ia memiliki sifat-sifat rendah hati, lagi pula, ia seorang yang bijaksana. Luo Mewona segera dikukuhkan menjadi Raja Teteholi Anaa menggantikan Sirao. Untuk menentramkan hati kedelapan putra lainnya, Sirao mengabulkan permohonan mereka untuk di-nidada-kan, yaitu diturunkan ke Tano Niha atau tanah manusia (Nias). Untuk mengawasi tingkah laku kakak-kakaknya itu, Raja Luo Mewona juga me-nidada-kan putra sulungnya, bernama Silogu di Hiambauna Onomondra, Ulu Moroo, yang terletak di Kecamatan Mandrehe sekarang, Nias bagian barat. Dari kedelapan putra Sirao, empat orang dapat diturunkan dengan selamat sehingga dapat menjadi leluhur mado atau marga orang Nias pada zaman sekarang. Mereka ini ialah; (1) Hiawalangi Sinada atau disebut dengan singkatan Hia, yang diturunkan di Boronadu, Kecamatan Gomo, Nias bagian tengah dan menjadi leluhur mado-mado Telaumbanua, Gulo, Mendrofa, Harefa dan lain-lain. (2) Gozo Helahela Dano atau disebut Gozo yang diturunkan di sebelah barat laut Hilimaziaya, Kecamatan Lahewa, Nias Utara dan menjadi leluhur mado baheha. (3) Daeli Bagambolangi atau Daeli, diturunkan di Tolamera Idanoi, Kecamatan Gunung Sitoli, Nias Timur, dan yang menjadi leluhur mado-mado Gea, Daeli, Larosa, dan lain-lain. (4) Hulu Booroodano atau Hulu, yang diturunkan di suatu tempat di Laehuwa, Kecamatan Alasa, Nias Barat laut, dan yang menjadi leluhur mado-mado Nduru, Buulooloo, Hulu, dan lain-lain. Silogu, putra sulung Luo Mewona yang diturunkan di Nias Barat menjadi leluhur mado-mado Zebua, Bawo, Zega dan lain-lain. Empat putra Sirao lainnya kurang beruntung, karena mengalami kecelakaan sehingga tidak dapat mendarat di Nias. Mereka tidak dapat menjadi leluhur orang Nias. Mereka itu adalah Bauwadanoo Hia atau disebut juga Latura Dano. Ia terlalu berat badannya, sehingga waktu diturunkan terus menembus bumi, ia menjelma menjadi ular besar yang disebut Dao Zanaya Tanoo Sisagoro atau Dao Zanaya Tabo Sebolo, yang berarti adalah yang menjadi penadah bumi. Jika timbul perang dan darah manusia yang merembes ke bumi mengenai tubuhnya, ia akan marah. Ia akan menggoncang-goncangkan tubuhnya sehingga timbullah gempa bumi. Untuk menghentikan guncangan bumi itu, orang Nias akan berteriak-teriak, Biha Tua! Biha Tua," Artinya "Sudah Nenek, sudah Nenek!" Ucapan itu diteriakkan untuk menyatakan kepada ular itu bahwa mereka telah insaf dan tidak akan berperang lagi. Putra lainnya yang bernama Gozo Tuhazanga Rofa, ketika diturunkan rantainya putus sehingga ia tercebur ke dalam sungai. Sejak itu ia menjadi dewa sungai yang menjadi pujaan para nelayan, sebab ia penguasa ikan-ikan. Putra lainnya lagi yang bernama Lakindrolai Sitambalina, pada waktu ia diturunkan ke Bumi Nias ia tidak langsung jatuh, tetapi terbang terbawa angin dan tersangkut di pohon. Lalu, ia menjelma menjadi Bela Hugugeu, yaitu dewa hutan, yang menjadi pujaan para pemburu. Putra Sirao yang kurang beruntung adalah Situsoo Kara. Pada waktu ia diturunkan ayahnya ke bumi Nias, ia jatuh di daerah berbatu-batu, di daerah Laraga. Ia menjadi leluhur orang-orang gaib yang mempunyai kesaktian kebal. Kisah mengenai terjadinya mado-mado (marga) di Niha atau Pulau Nias ini dijadikan syair yang disebut hoho. Biasanya hoho dinyanyikan pada pesta-pesta adat, seperti pesta perkawinan dan pesta untuk kenaikan pangkat seorang tokoh dalam masyarakat.

 Keindahan Nias dilihat dari objek wisata: Museum Pusaka Nias Museum yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 134-A Gunungsitoli ini merupakan satu-satunya wahana penyimpan kemegahan budaya Nias, Sumatera Utara, museum dengan luas 2 hektar ini dapat dikatakan juga pusat rekreasinya masyarakat di Kota Gunungsitoli. Yang mencengangkan adalah saat hari libur pengunjungnya bisa mencapai 1500 orang. Saat mengunjungi museum ini tidak hanya benda-benda pusaka yang akan Anda lihat, secara bersamaan Anda dapat juga bisa menyambangi obyek wisata tepi pantai yang tidak jauh dari museum. Dapat pula melihat koleksi binatang langka dan tanaman khas Nias, atau menginap di rumah adat Nias yang memang dapat disewa di tempat ini. Koleksi dari Museum Pusaka Nias sekira 6.500 benda bersejarah yang berasal dari masyarakat Pulau Nias. Di sini Anda dapat melihat langsung beragam koleksi berharga budaya Nias, diantaranya adalah: alat rumah tangga, alat musik tradisional, perhiasan, dan patung-patung. Benda-benda koleksi yang dipamerkan tersebut dilengkapi keterangan (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsinya. Perawatan benda koleksi museum ini terbilang baik dan beberapa koleksi menggunakan obat pengawet khusus agar tidak lekas rusak. Pantai Sorake Pantai Sorake merupakan salah satu pantai terluar sumatera, pantai ini adalah tempat favoritnya para peselancar karena memiliki gelombang yang sangat bagus untuk berselancar, bahkan gelombangnya disebut-sebut terbaik ke-2 setelah Hawaii. Pantai ini berada di Desa Batohilitano Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Sumatera Utara. Sebagai pantai yang dikenal dengan gulungan ombaknya. Pantai sorake banyak dikunjungi pada bulan Juni dan july dimana pada bulan ini, pantai sorake memiliki gelombang laut yang besar dan di bulan inilah kejuaraan selancar sering diadakan. Tentunya, hal ini menjadi kesempatan emas untuk anda baik para peselancar maupun yang suka mengabadikan gambar ataupun hanya traveler biasa. Dan dibulan-bulan lainnya, rata-rata di hari sabtu dan minggu pantai ini ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal. Untuk menuju pantai Sorake bisa menggunakan jalur laut atau udara. Pantai Lagundri Sama halnya dengan Pantai Sorake, Pantai Lagundri juga memiliki ombak yang sangat bagus untuk berselancar karena masih segaris dengan pantai Sorake. Pantai Lagundri dan Sorake merupakan dua dari ratusan pantai di Indonesia yang sangat cocok bagi wisatawan yang hobi selancar air atau surfing. Pantai Lagundri berada di sebuah laguna yang bersebelahan dengan Pantai Sorake, yang berjarak 13 kilometer arah selatan Kota Teluk Dalam, ibukota Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Jarak antara pantai Lagundri dan Sorake hanya 2 kilometer saja. Lompat batu Nias Tempat Wisata di Nias – Lompat Batu Ada sebuah tradisi yang sangat unik di Pulau Nias, yaitu Lompat batu, tradisi ini pernah dicetak di pecahan mata uang 1000 Rupiah. Hanya dengan melihatnya rasanya tidak mungkin untuk melompati benteng batu setinggi 2 meter ini, tapi bagi pemuda Nias itu bukan hal sulit. Kemampuan melompati batu tersebut tidak didapat serta merta, karena dari umur 7 tahun anak lelaki di Pulau Nias sudah mulai berlatih dengan melompati tali yang terus meninggi takarannya seiring usia mereka yang bertambah. Dan bila saatnya sudah tiba maka mereka akan melompati tumpukan batu berbentuk seperti prisma terpotong setinggi 2 meter. Ini juga sekaligus menjadi penakar keberanian dan kedewasaan mereka sebagai keturunan pejuang Nias. Jika Anda ingin melihat Tradisi ini secara langsung, berkunjunglah ke pulau Nias. Fakta : Batu yang harus dilompati tingginya sekira 2 meter, berlebar 90 cm, dan panjangnya 60 cm. Dengan ancang-ancang lari yang tidak jauh, seorang pemuda Nias akan dengan tangkas melaju kencang lalu menginjak sebongkah batu untuk kemudian melenting ke udara melewati sebuah batu besar setinggi 2 meteran menyerupai benteng. Puncak bantu tidak boleh tersentuh dan sebuah pendaratan yang sempurna harus dituntaskan karena apabila tidak maka resikonya adalah cedera otot atau bahkan patah tulang. Pantai Lawomaru Pantai Lawomaru merupakan salah satu pantai yang populer di Pulau Nias, karena keindahan panorama dan mungkin karena legendanya. Pantai Charlita Pulau Nias banyak sekali objek wisata pantainya, karena pulau nias merupakan kabupaten kepulauan jadi mencari obyek wisata pantai di Kota Gunungsitoli tidaklah susah. Di Gunungsitoli Utara selain pantai Lawomaru, Lagundri dan dan pantai Sorake ada juga pantai Charlita, sebuah kawasan wisata yang selalu ramai dikunjungi masyarakat setempat untuk melepas kepenatan atau sekadar memandang laut lepas dari bilik pondok yang berjejer menghadap samudra. Pantai ini berada di Desa Afia, Kecamatan Gunungsitoli Utara, sekitar 14 kilometer dari pusat Kota Gunungsitoli, menjadikan obyek wisata ini mudah dijangkau. Menuju lokasi, kendaraan roda dua dan empat melewati jalan setapak yang berjarak sekitar 100 meter dari jalan raya. Pantai Foa Objek wisata Nusa Lima ini terletak di Pantai Indah Foa kurang lebih 17 Km dari kota Gunungsitoli. Di objek wisata ini kita menikmati keindahan alam laut yang sangat indah dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung karena dapat menikmati panorama pantai yang alami sambil ditemani nikmatnya hidangan laut. Muara Indah Muara Indah merupakan suatu kawasan yang sangat indah berjarak 15 km dari kota Gunung Sitoli. Muara Indah berada di muara sungai sehingga pertemuannya dengan laut menciptakan keindahan tersendiri. Tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat terutama pada hari-hari libur maupun akhir pekan untuk menikmati berbagai jenis makanan hasil tangkapan dari laut seperti ikan gerapu, cumi-cumi, udang, kepiting Bakau, dan berbagai jenis hasil laut lainnya. Para pengunjung/wisatawan umumnya dinikmati hidangan tersebut sambil menikmati keindahan panorama alam di komplek Muara Indah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata bahari. Di tempat ini sering dilaksanakan berbagai kegiatan pagelaran kesenian maupun budaya serta acara seremonial lainnya karena letaknya yang relatif tidak jauh dari Kota Gunungsitoli. Itulah beberapa daftar objek wisata dipulau Nias, masih banyak lagi tempat wisata yang belum sempat kami himpun dan juga dari pulau-pulau lainnya. Tunggu Update selanjutnya mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar